Kota Kupang, bkd.nttprov.go.id – Setelah intens melakukan penilaian bagi para Pejabat Fungsional Linglup Pemprov NTT, Assessment Center Badan Kepegawaian Daerah Provinsi NTT layani permintaan penilaian kompetensi (penkom) manajerial dan sosial kultural bagi 14 orang calon Pejabat Fungsional Analis Ketahanan Pangan. Ini merupakan layanan penkom pertama bagi Pejabat Fungsional dari luar NTT.
Para peserta penkom berasal dari 8 kab/kota: Kota Tanjungpinang, Kota Pariaman, Kota Tegal, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Ende.
Karena para peserta tersebar di beberapa kota, lantas penilaian dilakukan secara daring menggunakan metode assessment center dengan dua simulasi terintegrasi (analisis kasus dan presentasi), wawancara kompetensi, dan psikotes.
Penilaian dilakukan menyusul kebijakan sejumlah instansi untuk mulai mensyaratkan hasil penilaian kompetensi manajerial dan sosial kultural bagi Pejabat Fungsional yang akan akan diangkat untuk pertama kalinya maupun yang akan naik jabatan ke jenjang yang lebih tinggi.
Para peserta mengaku mendapatkan informasi tentang Assessment Center BKD NTT dari rekomendasi sejumlah pihak. Mereka juga mendapatkan tawaran dari beberapa penyelenggara, namun akhirnya memilih Assessment Center BKD NTT.

“Awalnya, ada keraguan maupun kebingunan dari para peserta, namun setelah diberi penjelasan tentang profil assessment center BKD dan status akreditasinya oleh Administrator kegiatan, Luis Aman, para peserta akhirnya bisa lebih yakin”, ungkap Hans Lim, Koordinator Asesor SDM Aparatur wilayah NTT. Dari hasil survey evaluasi terlihat bahwa peserta (asesi) mendaptkan kesan yang positif baik terhadap asesor maupun terhadap keseluruhan proses penilaian.
“…sebelum mengikuti penilaian saya merasa sangat cemas dan khawatir tidak bisa melaluinya dengan baik, namun ternyata tahapannya lebih mudah dari apa yang saya khawatirkan….” ungkap salah satu asesi.
Kesan ini realistis karena para asesor bekerja secara professional dan objektif. Hambatan teknis maupun kultural dapat diatasi dengan baik sehingga kegiatan berjalan lancar.
“Pada kegiatan ini, kami tidak saja menilai, tetapi juga membimbing, sehingga para peserta tidak hanya memperoleh ‘nilai’ tetapi juga belajar sesuatu untuk lebih kompeten dan berkinerja”, ucap salah satu asesor.
Di akhir kegiatan, kepada masing-masing peserta disampaikan hasil penilaian disertai umpan balik (feedback) untuk memanfaatkan potensi dan kekuatan yang dimiliki serta mengembangkan aspek-aspek kepribadian dan kemampuan yang masih kurang agar bisa berkinerja optimal. Selain laporan hasil penilaian kompetensi secara individual, setiap peserta juga diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti aministratif telah mengikuti kegiatan penilaian kompetensi manajerial dan sosial kultural.
Penulis : Wilfrid Kako Nono